Selasa, 31 Maret 2009

Petunjuk penyingkapan jati diri

Bismilahirrahmaanirrahiim

Setiap manusia yang mampu menyingkapkan dirinya dengan benar berdasarkan
al-Qur'an akan selalu menghasilkan kodefikasi numerik 114 sebagai an-Naas
dan sebagai Bani Adam yang menjadi Khalifah (Penguasa Pengetahuan
Tauhid).

Petunjuk penyingkapan jati diri;


1) Tauhidkanlah dengan benar dan murni “Laa ilaaha illaa Allaah,
Muhammadurrasulullah”, Tuhanmu Yang Maha Esa dan tempat bergantung
(QS 112:1-4) dan Yang Maha Menciptakan (QS 96:1-5) dan Muhammad
Utusan Allah, washilah dan pembimbingmu sebagai orang yang diberi nikmat
yang banyak oleh Allah, yang akan mengiringimu memasuki Shirathaal
Mustaqiim. Jangan syirik, baik yang halus maupun yang vulgar. Jauhi dunia
perklenikan dan perdukunan karena merupakan salah satu instrumen Iblis
yang nyata benar menjadi sarana pembodohan manusia yang berakal
pikiran. Selain itu, dunia perdukunan dan perklenikan akan dapat
menyebabkan manusia menjadi satanik. Juga , hati-hatilah, jangan pernah
beranggapan bahwa doa dan memajang kaligrafi di rumahmu akan dapat
mengusir setan. Hal ini termasuk syirik juga karena hanya Allah lah bukan
karena kaligrafi atau rentetan doa yang mengusir setan. Khususnya setan
dari dalam dirimu yaitu was-was dihati (QS 114:1-4) yang berkembang
menjadi buruk sangka kepada sesama makhluk atau bahkan buruk sangka kepada Tuhan. Doa hanya sekedar bahasa yang kita gunakan untuk memohon bantuan Allah SWT, jadi bukan karena doamu tetapi karena kehendak, kekuasaan, ampunan, rahmat dan kasih sayang Allah lah semua keinginanmu maujud. Selalu bersandarlah kepada-Nya.
2) Mulailah dari diri Anda sendiri, apakah berdasarkan profesi maupun
berdasarkan apa yang Anda sukai. Apakah berdasarkan tanggal lahir,
ataupun nama Anda sendiri, ataupun hal-hal lainnya yang mungkin.




Ketahuilah, al-Qur'an adalah suatu kesempurnaan pedoman yang rigid, namun fleksibel karena mempunyai arah pandangan dan pintu masuk berupa lingkaran kesempurnaan 360 derajat sebagai wujudnya kesempurnaan dan detak jantung kehidupan semua makhluk yaitu YaaSiin.
3) Singkapkanlah dengan panduan Iqra dan jiwa yang termurnikan dengan
pedoman kepada akhlak Rasulullah Muhammad SAW. Berfikirlah dengan
filosofis, logis, dan kreatif sebagai pemahaman tri-lateral untuk menyelami al-
Qur’an yang pemahamannya bertingkat-tingkat mulai dari makna lahiriah
yang terbaca, makna ilmiah yang tersingkap secara logis melalui nomor surat
maupun ayatnya, maupun hakikat terdalam sebagai makna batiniah yang
tersirat didalamnya, dan akhirnya menjadi dasar-dasar bagaimana Anda
bertindak yaitu akhlak Rasulullah (simak QS 9:128-129, QS 10:9-10).
4) Ketika Tuhan memberikan petunjuk, berdoalah agar pengetahuan-Nya
dilimpahkan kepadamu. Berendah dirilah dihadapan-Nya, sucikan dirimu
ketika engkau ingin membaca Al Qur'an dan jauhilah hawa nafsu ketika
membaca al-Qur’an. Penelusuran dengan meneliti nomor surat dan ayat,
huruf-huruf, makna terdalam, dan simbol-simbol serta ungkapan yang
dinyatakan dengan kisah Nabi dan orang beriman maupun kaum yang
menentang Tuhan akan membantu melacak jejak-jejak historis Anda dalam
al-Qur'an sebagai Bani Adam, anak-anak Adam yang menguasai
Pengetahuan Tauhid. Engkau adalah “Khalifata” bagi dirimu sendiri dan
orang-orang disekitarmu. Jangan takuti bahasa Arab di Al Qur’an, pelajarilah
sedikit demi sedikit semampumu.
5) Jalankan perintah-Nya dan jauhi larangan-Nya. Shalatlah dengan ikhlas dan
ridha tanpa beban dan keinginan untuk ini atau itu. Shalatlah sebagai
pemenuhan hak-hak Allah untuk menerima maghfirah (ampunan) yang
dianugerahkan Allah kepadamu sebagai ‘Abd Allah yang berserah diri (Umat
Islam) dengan ampunan dan taubat (Istighfar) yang menauhidkan dan
menjadi bagian dari kontinuitas keseimbangan jagat raya. Sebagai muslim,
engkau adalah tetapan awal mula yang menjadikan bagian dari eksistensi al-
Aalamin (alam semesta global). Engkau adalah an-Naas (Qs 114), al-




Insaan(Qs 76), al-Mukminin(Qs 23), al-Mukmin(Qs 40) yang berasal dari "fii
ahsaani taqwiim" (sebaik-baiknya bentuk) (Qs 95:4) yang bisa menjadi al-
Insaan al-Kamil (QS 2:128-129) dibawah naungan Rahmaatan Lil Aalamin
(Nabi Muhammad SAW), dengan pedoman Dzikrul Lil Aalamin (Al Qur’an),
dan pengajaran Rabbul Aalamin. Sadarilah itu sebagai konsep fundamental!
6) Selama perjalanan Anda menelusuri Al Qur’an, Anda akan menemui berbagai
hal yang dapat Anda terapkan maupun peringatan yang membantu Anda
untuk memperbaiki apa yang perlu Anda perbaiki.
7) Hati-hati Iblis dan setan dari dirimu, was-was yang engkau tumbuhkan di
dadamu, dan lingkungan sekelilingmu dapat menjadi Iblis dan setan yang
menyesatkan. Iblis dan setan dapat berupa apa saja dan datang dari depan,
belakang, kiri dan kanan (QS 7:17), maka WASPADALAH!
8) Sadarilah dalam dirimu bersemayam senyawa Iblis (kalor panas tubuh) yang
dapat menjadikan dirimu satanik, dajjalik (buta mata hati, summum, bukmum
umyun), dan menjadi bagian dari “kaum Yakjuj dan Makjuj” yaitu “kaum
panjang angan-angan dan khayal” yang condong kepada ilusi mental yang
menuruti hawa nafsu.
9) Perhatikanlah makanan dan minumanmu dari mana asal muasalnya, dan
bagaimana komposisinya apakah mengandung senyawa yang membuat
kalor tubuhmu menjadi tak tekendali atau tidak. Jangan sekalipun memakan
“makanan dan minuman” yang “memabukkan” atau minuman tonik yang
mempunyai kecondongan kepada meningkatnya kalor tubuh dan syahwat.
Tetapi jangan bodoh untuk mengatakan alkohol murni itu haram, karena
alkohol dapat dimanfaatkan untuk hal lain yang lebih berguna. Jika kita tidak
memahami maksud halal dan haram dalam makanan dan minuman sebagai
hasil olahan yang menyebabkan pengaruh buruk pada akal pikiran kita
(kesehatan mental kita), maka kita semua akan di adzab Allah karena
mengharamkan penampilan Asma dan Sifat-Nya, dan tentunya karena kita
setiap hari menggunakan bahan bakar yang merupakan keluarga alkohol
atau bahan-bahan lainnya yang bersinggungan secara alamiah. Jadi
pikirkanlah jangan mengikuti kedunguan Iblis.




10) Jangan sandarkan dirimu pada amaliah lahirmu, apalagi dari pakaianmu,
karena ke surga dan ke neraka bukanlah karena amaliah kita tetapi semata-
mata karena anugerah Allah. Seandainya Allah hanya mengatakan bahwa
tiket masuk surga karena amal lahiriah semata, maka ketahuilah seumur
hidup ibadahmu yang terbaik sekalipun tak akan sanggup untuk membalas
limpahan keikhlasan Allah untuk menciptakan selembar bulu rambut yang
ada di lubang hidungmu. Perbanyaklah amaliah lahir dengan landasan batin
yang benar, dengan ikhlas dan ridha tanpa kecenderungan untuk
mendapatkan surga atau neraka, apalagi ingin menjadi kaya di dunia.
Keikhlasanmu adalah keikhlasan Allah yang telah menciptakanmu. Tanpa
ikhlas-Nya maka makhluk tak akan pernah ada.
11) Ketahuilah, ibadahmu tak ada hubungannya dengan kekayaanmu di dunia.
Karena itu ibadahmu hanya patut untuk Allah SWT karena engkau diciptakan
sebagai cermin untuk menampilkan Pengetahuan-Nya dengan landasan
penauhidan dan engkau sekedar menjadi abdi (‘Abd) yang menyembah-Nya.
12) Tahajudlah dan perbanyaklah istighfar dan memohon ampunan Allah,
bagaimana pun kondisimu, baik keadaan susah maupun senang. Tahajudlah
untuk memohon ampunan dan memohon ridha dan tambahan pengetahuan-
Nya. Tahajud adalah shalat wajib yang akhirnya diringankan karena
keterbatasan fisikal manusia. Jadi, sejatinya tahajud shalat wajib namun
karena kalau malam manusia umumnya beristirahat maka shalat tahajud
diringankan Allah hanya bagi yang mau dan mampu (QS 73:20).
13)I stiqamah-lah, jalankan semua ubudiyyahmu dengan ketekunan, bukan
dengan nafsu dan ingin cepat-cepat menjadi ahli ibadah. Bukankah di al-
Qur'an disebutkan untuk beribadah semampunya?Jangan menyesali apa
yang tak bisa kau raih, lakukanlah semua ibadahmu semampumu, apapun
kondisimu saat itu.
14) Setiap kali selesai shalat, perbanyaklah istigfar-mu, dzikirmu dengan
kodefikasi 4x33 kali yaitu tahlil, tasbih, tahmid, dan takbir (urutannya bebas),
dan perbanyaklah shalawat kepada Nabi Muhammad SAW karena dialah
yang menjadi washilah-mu sejak awal dan akhir penciptaan makhluk.




Perbanyaklah membaca surat al-Fatihah, an-Nashr, al-Ikhlas, al-Falaq, dan an-Naas dalam keadaan apapun.
15) Jangan pernah merasa diri paling beriman, paling suci, paling baik, ataupun
sikap menyombongkan diri. Ketahuilah, sikap itu muncul dari kebodohan Iblis
yang tidak tahu bagaimana dirinya diciptakan. Kebodohan adalah musuh
Umat Islam yang memunculkan sikap banggga diri yang membahayakan.
Ketahuilah semua makhluk diciptakan dengan limpahan kalimat Basmalah
maka semua makhluk sejatinya menerima rahmat Allah SWT. Jadi, jangan
menyombongkan diri karena kesombongan muncul dari penyakit Ghurur
(bangga diri) yang akan menimbulkan sombong, takabur, riya, kedengkian
dan sederetan penyakit Iblis yang akan sambung menyambung
menggelapkan hati. Kalau ini terjadi, maka sebaik apapun lahiriahnya engkau
menampilkan diri tak lebih dari keinginan untuk dipuja puji orang lain. Iblis
adalah musuhmu, esensinya ada dalam diri setiap manusia maka ia akan
selalu berupaya terus menerus menggodamu dengan berbagai cara, bahkan
dengan jubah-jubah kesucian dan peribadahan sekalipun.
16) Mulailah berpikir dengan mendalam atas semua aktivitasmu. Jangan menjadi
TAKLID buta, apalagi membebek dan nyambat apa kata orang, sikap ini
muncul dari kebodohan Iblis. Juga, jangan mudah dipanas-panasi atau
dibodohi dengan isu-isu yang tidak jelas sumbernya. Boleh jadi berita itu
adalah berita dari kaum al-Kafiruun atau al-Munafiquun.
17) Jangan lupakan bahwa semua itu tak lebih dari anugerah Allah karena
realitas tegaknya semua makhluk adalah "Laa Hawla Walla Quwwaata Illa
Billah"(Tiada daya dan upaya kecuali daya dan upaya Allah semata).

Senin, 23 Maret 2009

Peran Orang Tua Dalam Mendidik Anak

1. Tanggung Jawab Pendidikan Iman
Allah berfirman dalam Surah Al-Baqarah (2): 132-133.
      •                                      
132. Dan Ibrahim Telah mewasiatkan Ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah Telah memilih agama Ini bagimu, Maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam".
133. Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia Berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan kami Hanya tunduk patuh kepada-Nya".
Allah berfirman dalam Surah Luqman (31) ayat 17
             •     
17. Hai anakku, Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).
Allah berfirman dalam Surah At-Tahrim (66) ayat 6
        ••              
6. Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

Mulailah menddidik bayi-bayi kalian dengan kalimat la ilaha ilallah. (HR. Hakim dan Abbas).

Pendidikan Iman adalah mengikat anak dengan dasar-dasar iman, membiasakan anak sejak mulai paham melaksanakan rukun-rukun islam, dan mengajarinya sejak mumayyiz dasar-dasar syariat islam yang agung. Pendidikan iman ini merupakan salah satu tanggung jawab orang tua kepada anak-anaknya.
Pendidikan iman adalah dasar-dasar iman setiap hakikat keimanan dan persoalan gaib yang secara mantap datang melalui berita yang benar, seperti iman kepada Allah SWT, iman kepada Malaikat, iman kepada kitab-kitab samawi, iman kepada Rasul, iman kepada pertanyaan Munkar-Nakir, iman kepada siksa kubur, hari kebangkitan, hati hisab, surga, neraka, dan semua hal-hal yang gaib lainnya.

2. Tanggung jawab Pendidikan Moral
           •                   •  
78. Dan (ingatlah kisah) Daud dan Sulaiman, di waktu keduanya memberikan Keputusan mengenai tanaman, Karena tanaman itu dirusak oleh kambing-kambing kepunyaan kaumnya. dan adalah kami menyaksikan Keputusan yang diberikan oleh mereka itu,
79. Maka kami Telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat)[966]; dan kepada masing-masing mereka Telah kami berikan hikmah dan ilmu dan Telah kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Daud. dan kamilah yang melakukannya.

[966] menurut riwayat ibnu Abbas bahwa sekelompok kambing Telah merusak tanaman di waktu malam. Maka yang Empunya tanaman mengadukan hal Ini kepada nabi Daud a.s. nabi Daud memutuskan bahwa kambing-kambing itu harus diserahkan kepada yang Empunya tanaman sebagai ganti tanam-tanaman yang rusak. tetapi nabi Sulaiman a.s. memutuskan supaya kambing-kambing itu diserahkan sementara kepada yang Empunya tanaman untuk diambil manfaatnya. dan prang yang Empunya kambing diharuskan mengganti tanaman itu dengan tanam-tanaman yang baru. apabila tanaman yang baru Telah dapat diambil hasilnya, mereka yang mepunyai kambing itu boleh mengambil kambingnya kembali. putusan nabi Sulaiman a.s. Ini adalah Keputusan yang tepat.

Pendidikan moral adalah serangkaian sendi moral, keutamaan tingkah laku dan naluri yang wajib dilakukan anak, diusahakan dan dibiasakan sejak anak masih mumayyiz, dan mampu berfikir hingga menjasi mukallaf, berangdsur memasuki usia pemuda dan siap menyongsong kehidupan.
Satu hal yang tidak diragkan bahwa keutamaan akhlak, keutamaan tingkah laku, dan naluri merupakan salah satu buah iman yang meresap dalam pertumbuhan keberagamaan yang sehat.

3. Tanggung jawab pendidikan fisik
Pendidikan fisik adalah pendidikan yang juga mendukung dalam perkembangan anak, seorang anak juga harus memiliki fisik yang kuat dan tegar, apalagi di era globalisasi yang semakin keras. Salah satu yang perlu diperhatikan oleh orang tua adalah mengajarkan kepada anak sejak dini usia tentang pentingnya menjaga kesehatan, seperti olahraga teratur dan dari hal-hal yang dapat memberikan efek negatif seperti rokok, minuman keras dan narkoba.

4. Tanggung jawab pendidikan intelektual
Tuntutlah ilmu dari buaian sampai liang lahat.(Hadits)
Dari hadits nabi ini, orang tua
Tuntutlah ilmu, sesungguhnya menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada Allah Azza wajalla, dan mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahui adalah sadakah. Seseungguhnya ilmu pengetahuan menempatkan orangnya dalam kehidupan terhormat dan mulia (tinggi). Ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi ahlinya di dunia dan di akhirat. (HR. Ar-rabii’)
Dari hadits nabi di atas, jelas sekali bahwa menuntut ilmu itu sangat penting.

5. Tanggung jawab pendidikan psikologis
Secara etimologis, psikologi berasal dari kata “psyche” yang berarti jiwa atau nafas hidup, dan “logos” atau ilmu. Dilihat dari arti kata tersebut seolah-olah psikologi merupakan ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Jika kita mengacu pada salah satu syarat ilmu yakni adanya obyek yang dipelajari, maka tidaklah tepat jika kita mengartikan psikologi sebagai ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang jiwa, karena jiwa merupakan sesuatu yang bersifat abstrak dan tidak bisa diamati secara langsung.
Berkenaan dengan obyek psikologi ini, maka yang paling mungkin untuk diamati dan dikaji adalah manifestasi dari jiwa itu sendiri yakni dalam bentuk perilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan demikian, psikologi kiranya dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Keberhasilan pendidikan yang dijalani seorang anak, menurut Psikolog, Bibiana Dyah Cahyani, tidak terlepas dari peran orang tua. Orang tua memiliki peranan yang penting dalam menentukan dan mengarahkan sekolah yang tepat buat anaknya. Tapi bukan suatu hal yang bijak jika pendidikan sepenuhnya diserahkan hanya pada pihak sekolah saja. ”Sebagus apapun kualitas tempat anak menuntut ilmu secara formal, orang tua tetap memiliki andil yang besar apakah pendidikan yang dijalaninya berhasil atau tidak.”

6. Tanggung jawab pendidikan sosial
Diantara akhlak seorang mukmin adalah berbicara dengan baik, mendengarkan pembicaraan dengan tekun, bila berjumpa orang dia menyambut dengan wajah ceria dan bila berjanji dia menepati. (HR. Adailami).
Dalam pendidikan sosial, orang tua sangat berperan untuk mengajarkan anak betapa pentingnya hidup dalam bermasyarakat dan menjadikan anak itu adalah anak yang berjiwa sosial.

7. Tanggung jawab pendidikan seks
Yang kita ketahui bahwa pendidikan seks cenderung untuk orang dewasa saja tapi pendidikan seks harus kita ajarkan juga mulai anak itu dini usia (dalam taraf positif). Contoh pada anak baru mengalami mimpi basah, orang tua harus membaritahukan bahwa dia telah dewasa.

8. Tanggung jawab pendidikan finansial
Pendidkan finansial adalah pendidikan yang dibutuhkan untuk mengubah uang yang kita peroleh dari profesi anda menjadi kemakmuran dan keterjaminan finansial seumur hidup. Pendidikan finansial yang tidak dimiliki oleh jutaan orang tua. Pendidikan finansial yang akan membantu memastikan bahwa anak anda tidak akan berakhir dengan kegagalan finansial dalam hidupnya atau kekurangan secara finansial dan sendirian setelah sepanjang hidup mengurus keluarga dan bekerja keras.